Halaman

0

Kalau jatuh, dia jadi pacarku nanti..

2005

Awal perkenalanku dengan.. sebut saja dia Eng.

Aku lebih dulu mengenal bangku kuliah daripada Eng. Tentu saja karena aku baru melihat sosoknya, setelah aku benar-benar duduk dengan nyaman di bangku kelas kita. Aku lupa tepatnya kapan pertama kali kita saling bertukar pandang, tanpa sebuah perkenalan basa-basi layaknya orang yang baru saja berkenalan.

Kami tak pernah saling bertegur sapa. Usai kelas biasanya aku akan berkumpul dengan teman-teman wanitaku dan kamu entah kemana, ketika itu tak terlalu ku pedulikan keberadaanmu.

Sampai pada suatu saat, kawan dari kelas lain menyapaku, "Hai..Kamu teman sekelas Eng?"

"Iya.. Kenapa?", tanyaku menyambut sapaannya dengan senyumku.

"Boleh aku titip ini? Tolong sampaikan pada Eng..", ucap kawan kelas sebelah, yang aku sendiri ketika itu belum mengenalnya.

"Boleh.. Kebetulan habis ini ada kelas statisik, aku sekelas sama Eng. Nanti ku sampaikan.", jawabku lalu menerima barang titipannya.

"Terimakasih ya.." ucapnya lalu bergegas pergi tanpa menoleh lagi ke arahku.

Tanganku masi terbuka, di atasnya ada sepotong kertas kecil yg terlipat dua. Terbuka. Kalian tahu aku tak sengaja membukanya karena kertas itu hanya terlipat dua dengan sederhana, bukan sepucuk surat beramplop yang bertuliskan Rahasia. Jadi kupikir ini bukanlah kertas rahasia yang seharusnya tak ku baca. Pikirku mencari pembenaran.

'Eng, Aku hanya ingin berkenalan. Bisa kamu menghubungiku? ini nomor telfonku 081******'

Begitu kira-kira pesan singkat yang tertulis dalam sepotong kertas tanpa nama itu.

Kelas statistik. Rupanya Eng sudah duduk manis dalam kelas terlebih dahulu sebelum aku. Dosen belum datang. Aku sengaja langsung menyerahkan kertas titipan tadi kepada Eng, sebelum aku mencari tempat untuk duduk. Tak banyak yang kami bicarakan. Aku hanya mengulurkan tangan lalu ku serahkan.

"Ada yang nitip tadi.. Nih..", kataku sepertinya mengagetkan Eng.

Aku langsung segera mencari tempat duduk tanpa menghiraukan lagi ekspresi wajahnya. Aku tersenyum sambil mengira-kira, pasti Eng menyangka surat itu dari aku. Bagaimana tak mengira surat itu dari aku? Si pengirimnya saja tak mencantumkan nama pengirim.

Tak ku pedulikan lagi. Hingga kelas usai. Hingga entah beberapa hari setelah kejadian ini.
Di kantin kampus aku dan Eng berpapasan. Salah satu temannya memanggilku.
"Eng mau kenalan..", bisiknya.

"Laah bukannya udah kenal ya?!" desisku pelan.

Eng datang mengulurkan tangan, sambil menunggu tanganku menjabat, senyumnya terus mengembang. Ku balas jabatnya sambil menyebutkan nama.

"Eng..", ucapmu sopan.

Perkenalan singkat yang berlangsung cepat. Belum sampai aku memesan makanan.

'gubraaakkkkk..' disambut suara riuh tawa seluruh pengunjung kantin.

Eng jatuh. Ku tahan tawaku sebisanya. Aku membantu mengangkat kursinya.
"Terimakasih..", ucapnya tanpa menatapku. Iya, tentu saja dia menahan malu.

Sebuah perkenalan yang tak biasa. Aku selalu mengingatnya sampai hubungan kami terjalin akrab menjadi sahabat. Aku dan Eng sering pergi bersama tapi tak berdua. Bersama teman-teman seperjuangan kuliah yang sama-sama merantau kami sering berwisata di akhir pekan. Kebersamaan kami yang melunturkan segala bentuk kekakuan yang pernah singgah di awal perkenalan.

"Aku kira dulu kertas itu dari kamu.." ungkapnya memulai pembicaraan.

"Hahaha bukaaan yaaa..", tawaku terkekeh.

"Ngarep nya sih gitu.. Kamu tahu aku langsung sms ke nomor itu. Sangking penasarannya haha.." ungkapmu jujur.

"trus??" tanyaku penasaran.

"Langsung di bales dan sedikit kecewa pas liat kamu di bangku depan ga pegang handphone sama sekali. Ternyata bukan dari kamu.", uraimu membuatku tak berhenti tertawa.

"Aku juga inget tuh kamu sampe jatuh waktu kenalan sama aku di kantin haha.." kataku setengah meledek.

"Oiya hahaha paraaahh aku malu..", gantian kamu yang terkekeh malu mengingatnya. "Kamu tahu?" sambungmu bertanya.

"Apa??"

"Biasanya aku kalau kenalan sama cewe sampai jatuh, itu pertanda cewe itu bakal jadi pacarku.." ujarmu setengah berbisik menggoda.

"Hahaha mana bisaaa? dari mana coba rumusnya?" sergahku sambil tertawa.

"Yee ga percaya.. yang sudah-sudah begitu.."

Mendengarnya aku berhenti tertawa. Tersenyum lalu diam-diam mencatat kalimatnya dalam hati. Percakapan biasa, toh aku mencintai kekasihku dan Eng menyayangi kekasihnya. Setelah itu yang kami tahu, kami hanya menjalankan lakon sebagai sahabat dengan semestinya.


2007

Tulisan ini untukmu, Eng.
Dari cewe yang kamu sudah tahu sebelumnya, kelak dia akan jadi kekasihmu.


2011

Enam tahun, terimakasih untuk perkenalan singkat yang tak akan pernah aku lupa.
Untuk sahabat terbaikku, teman yang baik hati meminjamiku tugas kuliah, teman mencontek saat ujian, teman membolos saat rindu mengunjungi gunung dan pantai.
Untuk teman hidupku (semoga kelak)
Eng.



Ditemani mendung,
Yogyakarta, 02 Oktober 2011

-Ka-

0 komentar:

Back to Top