Halaman

2

Rindu itu Batu

"Aku senang melipat rindu.

Satu-satu sampai rapi agar muat dalam ranselku.

Sudah ku katakan agar di dalam, mereka sabar menunggu waktu.

Biar aku beritahu sayang, bahwa mereka itu batu.

Sulit sekali mengatur rindu.

Hanya sebab mendengar deru pesawat menjemputku, mereka menendang-nendangi ranselku.

Melompat-lompat di dalam, hingga kurasa punggungku berat menggendong rindu yang hebat.

Nanti kalau kita bertemu, peluk aku. Pasti rindu cemburu, berhambur keluar dari ranselku hanya untuk memelukmu."


--dari pelipat rindu :')


29-02-2012

00:23




Published with Blogger-droid v2.0.4
2

Surat Untuk Calon Mempelaiku.

Hey kamu,

Siapapun kamu ---yang kelak ku panggil 'calon pengantin pria'ku.


Hey sayang..

Boleh aku memanggilmu 'Sayang'? Rasanya memanggilmu dengan sebutan 'calon pengantin pria'ku itu terlalu panjang.


"Kapan kalian menikah?" pertanyaan basa-basi kegemaran para kerabat, sanak saudara, kawan sejawat dan sahabat.


Kapan? Kapan? Kapan?

Apakah kamu takut sayang mendengar kata, Kapan?


Aku? Tentu aku tak pernah takut mendengarnya. Bukankah aku sudah terlalu biasa menunggu, sayang? Tenanglah stock senyumku masih banyak kalau harus ditanya, Kapan? :)


Sayang, bolehkah ku bagi ini?

Tentang ketakutanku. Baru saja aku menemukannya, yang lebih seram dari pertanyaan, Kapan?


Sayang, sebaiknya kita jangan terlalu sering bertengkar mulai hari ini sampai sebelum kita menikah nanti. Mau kah kamu mengingatkan aku untuk selalu menepikan ego ku, sayang?


Kita jangan bertengkar lagi ya, berlaku sampai (kalau) kita jadi menikah dan menua bersama nanti.


Sayang, aku hanya takut mantra "Sayang kamu" yang selalu saling kita bisikan sebelum tidur, kehilangan maknanya.


"Sayang kamu" bisikan dengan tatapan kosong dan kecupan di keningku yang terasa dingin.


"Sayang kamu" bisikan yang kehilangan makna, seperti ruang di hatiku tanpa jejak riang langkahmu.


"Sayang kamu." yang pada akhirnya hanya menjadi sebuah bisikan ritual ---yang memang harus dibisikan, bukan ingin kau bisikan.


"Sayang kamu." bisikan yang samar ku dengar berubah menjadi, "Aku bosan."


Mengerikan bukan? Aku takut sayang, takut pertengkaran-pertengkaran kita mengikis mantra "Sayang kamu" perlahan-lahan sampai habis.


Aku takut sayang, "Sayang kamu" tak seutuh makna kata itu sendiri. Bagaimana yang terdengar justru hanya "Kosong?"


Aku takut sayang, bisakah kau peluk aku sekarang? Dan berjanji kita tak akan pernah bertengkar lagi?


Oh iya, kapan kita bisa bercermin berdua sayang? Aku hanya ingin tahu senyummu, apakah sebahagia senyumku? Atau sebaliknya? Tersenyum hampa.


Sebab aku hanya ingin kita menikah, kalau senyum kita sudah sama. Sama-sama tersenyum bahagia. :)


Sayang kamu, sayang.

-calon mempelai wanitamu-


Published with Blogger-droid v2.0.4
Back to Top